Widget HTML Atas

Contoh Teks Ulasan Film "Pengabdi Setan / Satan's Slaves (2017)"

Teks Ulasan merupakan teks yang berisi suatu ulasan mengenai suatu karya. Namanya juga ulasan, di dalamnya terdapat opini-opini pribadi penulisnya. Opini itu ditulis untuk mengulas fakta yang dijadikan ulasan.
Teks Ulasan memiliki struktur:
1) Identitas karya, berisi data-data identitas secara umum.
2) Orientasi, berisi pengenalan tentang gambaran umum mengenai sebuah karya (film dan drama) yang akan diulas. Gambaran umum ini menyiapkan "latar belakang" bagi pembaca mengenai apa yang akan diulas.
3) Sinopsis, berisi gambaran detail mengenai sebuah karya (film dan drama) yang diulas, misalnya bagian-bagian dari hasil karya, keunikan, keunggulan, kualitas, dan sebagainya.
4) Evaluasi, berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya yang diulas. Hal ini dilakukan setelah melakukan tafsiran yang cukup terhadap hasil karya tersebut. Pada bagran ini penulis akan menyebutkan bagian yang bernilai (kelebihan) atau bagian yang kurang bernilai (kekurangan) dari suatu karya (film dan drama).
5) Rekomendasi, berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu karya (film dan drama). Bagian ini juga memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut bernilai/berkualitas atau tidak untuk ditonton/disaksikan.

Berikut teks ulasan film "Pengabdi Setan (2017)".

Judul: Pengabdi Setan
Pemain: Ayu Laksmi, Bront Palarae, Nasar Anuz, Tara Basro, Endy Arfian, M. Adhiyat, Elly D Luthan.
Sutradara: Joko Anwar
Produksi: Rapi Films, CJ Entertainment, iFlix

Film horor Pengabdi Setan garapan Joko Anwar ini adalah sebuah daur ulang dari versi yang digarap Sisworo Gautama Putra tahun 1980. Selain Indonesia, film ini juga tayang di beberapa negara dengan judul "Satan's Slaves", seperti Amerika, Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, Jerman, Austria, Swiss, Polandia, Jepang, dan Taiwan.

Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga kecil yang mengalami keterpurukan di tahun 1981. Sang ibu, yang sebelumnya seniman dan penyanyi terkenal kini menderita sakit telah 3 tahun lamanya. Karena tak ada lagi pemasukan dan perlunya biaya pengobatan, mereka pun hidup serba kekurangan.
Mereka tinggal di rumah neneknya yang berada di tengah hutan dekat areal pemakaman, menambah suasana mencekam di keluarga ini.

Ada dua hal yang kerap membuat Bondi (Nasar Anuz) ketakutan di rumahnya sendiri. Yang pertama adalah jendela kamarnya yang langsung menghadap areal pemakaman. Bocah SD itu kerap membayangkan bakal ada mayat hidup yang bangkit dari salah satu makam di sana.
Satu hal lagi yang membuatnya takut adalah sang ibu (Ayu Laksmi) yang terbaring di kamar lantai atas dan digerogoti penyakit misterius. Ibunya itu kini berwajah sangat pucat pasi, kadang megap-megap dan membuka lebar-lebar mulutnya seperti kehabisan napas.

Satu-satunya cara untuknya berkomunikasi dengan anak-anaknya adalah melalui lonceng yang ia bunyikan. Beruntung ada si sulung Rini (Tara Basro) dan adiknya Toni (Endy Arfian), yang telaten mengurusi sang ibu serta adik terkecil mereka, Ian (M. Adhiyat). Meski sang ayah (Bront Palarae) mengusahakan pengobatan sang ibu, takdir berkata lain. Sang ibu meninggal dunia dan dimakamkan di kuburan dekat rumah.
Terbelit kebutuhan ekonomi, sang ayah lantas meninggalkan rumah, pergi ke luar kota dan menitipkan keluarganya di tangan dua anak tertuanya.

Tak lama setelah itu, kejadian aneh mulai dialami keluarga ini. Bahkan kejadian nahas menimpa sang nenek (Elly D Luthan), yang sudah merasa bahwa suatu kekuatan jahat tengah melingkupi keluarga mereka. Rini akhirnya tergerak untuk menyelidiki hal ini.

Sejak awal film, kita sudah diberikan cerita tentang misteri penyakit sang ibu yang tak dijelaskan (pihak keluarga pun tak tahu dengan jelas). Kita merasakan sudut pandang dari Rini dan keluarganya.
Di pertengahan cerita, sejak sang ibu meninggal, perlahan misteri mulai dimunculkan. Kejadian mistis mulai terjadi, adanya karakter lain yang ikut meninggal, hingga rahasia dibalik lagu sang ibu.

Jika kamu pernah menonton film-film tentang organisasi rahasia yang selama ini ada di sekitar kita, maka film ini membawa stereotype dan atmosfir yang sama. Sampai akhir cerita, kita dibuat bertanya-tanya tentang organisasi ini.
Sangat jarang terjadi, atau setidaknya sangat jarang sukses di film Indonesia. Penulis sendiri mengakui bahwa film lain memang banyak yang mencoba membuat Plot Twist, namun hanya sedikit yang benar-benar sukses.

Pengabdi Setan versi baru ini bisa dibilang sebagai film adaptasi yang berhasil. Film ini cukup kuat untuk muncul sebagai sebuah film baru yang berdiri sendiri, tapi tetap tak kehilangan "rasa" dari film aslinya.
Dari segi cerita misalnya, sudah tak ada lagi sosok misterius Darminah yang menjadi motor penggerak film aslinya. Namun, adegan-adegan ikonis dalam film pendahulunya, seperti saat Toni didatangi sang ibu, juga dibuat ulang dengan cara yang baru.

Menit-menit awal Pengabdi Setan juga sudah menunjukkan bahwa film ini dibuat dengan serius. Berlatar tahun 1980-an, production design dalam film yang digarap Rapi Films bekerja sama dengan CJ Entertainment dan iFlix ini terlihat begitu detail. Termasuk dalam beragam properti yang langsung membawa nuansa jadul tahun 80-an.

"Bintang utama" dari film ini jelas adalah sosok ibu yang diperankan oleh Ayu Laksmi. Performa Ayu Laksmi, ditunjang oleh departemen kostum dan tata rias yang mumpuni, membuat sosok ini terasa begitu menyeramkan, apa pun yang ia lakukan. Bahkan di saat masih hidup pun sang ibu masih mampu mendirikan bulu roma penonton.

Kengerian sosok ini ditunjang dengan cara bercerita Joko Anwar, yang tak banyak mengandalkan jump scare dalam filmnya. Sebaliknya, Joko membangunnya lewat atmosfer di film ini, lewat teknik sinematografi dan permainan audio. Hasilnya, nyaris setiap menit dalam rumah ibu mampu menghadirkan teror yang mencekam penonton.

Film ini juga sukses menampilkan Plot Twist yang tak dipikirkan oleh penonton lain. Para penonton sudah dibangun tentang jalan cerita A sejak awal, lalu tiba-tiba berubah menjadi B di pertengahan cerita.
Mungkin terkesan berlebihan, namun ending film ini memang berbeda, dan benar-benar membuat kita terdiam, bahkan ketika layar sudah menjadi gelap dan berakhir, kita masih terdiam di kursi masing-masing.
Tak hanya diam, banyak pertanyaan yang berputar di kepala kita tentang akhir dari filmnya.

Joko Anwar sukses membuat kita seakan menonton film jadul. Pertama, latar lokasi memang berada di tahun 1981, tentunya semua dekorasi sampai kendaraan mengikuti masanya. Kedua, adanya candaan atau joke ala-ala tahun 80an, yang mungkin jika kamu penggemar film jadul, kamu akan menyadarinya. Joko Anwar sukses mengarahkan film ini dengan baik.

Tentunya film ini bukan tanpa cela. Ada juga kekurangan dalam film ini. Salah satunya adalah adanya plot hole yang tak dijelaskan sampai akhir cerita. Ada juga adegan stereotype film yang terbukti salah, namun tetap digunakan, salah satunya adalah mendobrak pintu menggunakan bahu.
Alur cerita sejak pertengahan menjelang akhir juga terkesan datar dan terburu-buru, berbeda dengan awal hingga pertengahan yang sukses membuat kita ketakutan dan penasaran dengan apa yang terjadi.

Kekecewaan penulis secara pribadi datang dari poin Jumpscare. Di Trailer, tak banyak Jumpscare yang diperlihatkan. Penulis pun berharap cukup tinggi dengan hadirnya kesan horror tanpa Jumpscare cheese ala film James Wan. Namun ternyata, di dalam film tetap ada Jumpscare cheese tersebut, meskipun Joko Anwar sukses mempermainkan rasa kaget kita.

Satu hal yang sebenarnya sangat disayangkan dari film ini, yakni adalah bagaimana twist dalam cerita diurai. Dalam sebuah storytelling, baik tulis maupun sinema, lazim dikenal sebuah adagium ‘show, don’t tell’. Yakni jangan ceritakan mentah-mentah kisah yang ingin disampaikan, tapi gambarkan, sehingga pembaca atau penonton menemukan sendiri kepingan kunci dalam cerita tersebut.

Sayang, kepingan kunci dalam film ini malah dilakukan dengan cara ‘tell’, alias didekripsikan langsung secara blak-blakan oleh para pemainnya. Ini memang jalan yang mudah dalam mengurai twist film, tapi mengurangi legitnya Pengabdi Setan. 'Kurang nendang', mungkin begitu istilahnya. Apalagi, bukankah salah satu kenikmatan menonton film horor atau misteri adalah mengurai sebab-akibat dan twist dalam filmnya?

Namun di luar satu hal yang sedikit mengganggu ini, Pengabdi Setan bisa dibilang sebagai salah satu film horor Indonesia yang paling solid belakangan ini.
Bagi kamu yang sudah menantikan kebangkitan film horror Indonesia dengan cerita dan nuansa yang benar-benar mencekam, maka film ini sangat layak untuk ditonton. Joko Anwar sukses membawakan misteri ke dalam cerita, sehingga penonton selalu bertanya-tanya dan penasaran dengan kelanjutannya.

STRUKTUR:
1) Identitas karya: "Judul: ..."
2) Orientasi: "Film horor Pengabdi Setan garapan Joko Anwar ..."
2) Sinopsis: "Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga..."
3) Evaluasi: "Pengabdi Setan versi baru ini bisa dibilang..."
4) Rekomendasi: "Namun di luar satu hal yang sedikit mengganggu ini,..."

Sumber ulasan:
https://www.duniaku.net/2017/09/29/review-pengabdi-setan/
dengan pengubahan/ penyesuaian
.
Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!